Saat ini adalah saat yang tepat untuk membangun ekosistem motor listrik di Indonesia. Pada tulisan saya sebelumnya lebih dominan dengan tema mobil listrik. Kali ini saya akan fokus pada sepada motor listrik (sepeda listrik) dan ekosistemnya. Seperti pada kalimat pembuka pada tulisan ini dan pada video saya di Youtube, 2022 bisa menjadi momen yang tepat membangun ekosistem motor listrik. Di Indonesia tidak kurang dari 10 merek motor menjual motor listrik. Harga dari motor listrik sudah cukup lebar rentangnya, sehingga banyak pilihan. Ribuan SPLU (Stasiun Penyedia Listrik Umum) / public power outlet milik PLN untuk charging motor listrik sudah tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan pemerintah juga telah memberikan insentif seperti pajak yang lebih murah atau bebas melalui jalur ganjil-genap.
Tantangan dari membangun ekosistem motor listrik di Indonesia adalah setiap merek motor listrik pada umumnya membangun ekosistemnya masing-masing. Sebelum lebih jauh membahas ekosistem motor listrik, saya akan gambarkan variasi motor listrik yang saat ini ada di Indonesia.
Varian Sistem Charging Motor Listrik
Motor listrik yang sudah tersedia di pasaran Indonesia memiliki 2 varian sistem charging yaitu:
- Tipe plug-in: melakukan charging baterai dengan cara menghubungkan charger dari sumber listrik langsung ke motor listrik atau baterai. Walau dengan plug-in charging, beberapa motor listrik juga dapat melakukan pertukaran baterai (battery swap). Umumnya alasan pabrikan yang menanam baterai pada motor listriknya (tidak dapat battery swaping) karena ukuran baterai yang besar dan cukup berat untuk lepas-pasang.
- Tipe battery swap: baterai yang telah habis, atau mendekati habis ditukar dengan baterai yang penuh di stasiun penukaran baterai (battery swap station / Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum – SPBKLU). Keunggulan dari tipe motor listrik ini adalah durasi waktu yang singkat untuk mendapatkan sumber energi. Tidak seperti tipe plug-in, tipe ini umumnya hanya memerlukan kurang dari 3 menit untuk mendapatkan baterai dengan kapasitas penuh. Selain itu, harga dari beberapa motor listrik dengan sistem ini relatif lebih murah dari tipe plug-in. Hal ini karena baterai tidak didapatkan bersama dengan motor listrik, namun dengan sistem berlangganan dalam durasi atau penggunaan tertentu.
Teknologi Memegang Peran Penting
Sisi menarik lainnya dari motor listrik yang ada saat ini adalah dari sisi teknologi pada motor tersebut. Ada motor listrik yang menggunakan teknologi yang sangat basic namun ada juga yang menggunakan teknologi sangat maju. Motor yang menggunkan teknologi pada tingkatan dasar hanya sebatas pada motor pengerak listrik, controller dan baterai. Sedangkan motor listrik dengan teknologi yang maju bisa dikatakan sebagai smart electric motorcycle. IoT (internet of thing) sudah terpasang pada motor listrik tipe ini. Selain itu, GPS, sistem keamanan, kondisi kesehatan baterai dan kendaraan juga sudah dapat termonitor melalui aplikasi dari pabrikan motor tersebut. Karena motor listrik tidak dapat terpisah dari ekosistemnya, aplikasi dari motor listrik tersebut juga memiliki fitur untuk kebutuhan motor tersebut. Contoh dari fitur tersebut seperti lokasi charging atau battery swap, transaksi untuk berlangganan baterai, hingga sistem pembayaran.
Tantangan Standardisasi pada Ekosistem Motor Listrik
Seperti yang saya tulis di atas, lebih dari 10 merek motor listrik sudah ada di Indonesa. Tantangannya adalah setiap merek motor listrik tersebut membangun ekosistemnya masing-masing. Apakah ini salah? Tidak. Pada dasarnya tidak ada yang salah dalam melakukan pengembangan dan membangun ekosistem motor listrik yang bervariatif. Namun kondisi ini akan lebih cepat mendorong ke arah kompetisi pasar, yang mana pasar motor listrik itu sendiri saat ini masih perlu bersama-sama di bangun. Kendaraan listrik masih punya kompetitior utama yaitu kendaraan mesin bakar (ICE – internal combustion engine).
Setiap merek motor listrik membangun ekosistemnya sesuai dengan kebutuhan dan tujuan produknya tersebut, sehingga wajar apabila terjadi perbedaan-perbedaan antar merek motor listrik. Misal pada sisi teknis, baterai pada motor listrik yang ada saat ini memiliki ukuran, desain, tegangan keluaran, arus keluaran yang berbeda-beda, dan sebagainya. Masing-masing merek memiliki alasan baik secara teknis ataupun non-teknis mengapa mereka menggunakan spesifikasi seperti itu. Beberapa tahun lalu pun saya pernah terlibat untuk melakukan standardisasi baterai motor listrik yang hasilnya belum pernah berhasil.
Aggregasi untuk Ekosistem Motor Listrik
Untuk menghadapi dominasi motor ICE yang ekosistemnya sudah terbagun, agak sulit bagi motor listrik jika tidak berkolaborasi membangun ekosistemnya yang terintegrasi. Dalam suasana yang bervariasi pada produk dan ekosistemnya masing-masing, hal yang paling tepat menurut saya adalah dengan melakukan agregasi terhadap ekosistem motor listrik. Agregasi pada ekosistem motor listrik dapat meliputi pasokan listrik, ketersediaan lokasi charging atau battery swapping, hingga user experience dari motor listrik tersebut.
Implementasi teknologi pada motor listrik sangat memungkinkan untuk melakukan integrasi ekosistem motor listrik. Setiap merek motor listrik memiliki kekhasannya masing-masing namun dapat terintegrasi melalui IoT pada tingkatan platform. Intergrasi ini juga terhubung dengan titik charging atau battery swapping, pemeliharaan motor listrik, hingga pengelolaan baterai.
Di lain sisi, dukungan pemerintah lebih dalam pada ekosistem motor listrik akan mengakselerasi penetrasi kendaraan listrik di Indonesia. Hal ini karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah pengguna motor yang besar di dunia.
Sukses Selalu di Darat, Laut, dan Udara
One thought on “Ekosistem Motor Listrik di Indonesia”